Rabu, Mei 17, 2023

SEX EDUCATION UNTUK ANAK MUDA: MENDIDIK ATAU MENJERUMUSKAN?

 



Oleh: Inez Kristanti, M.Psi., Psikolog Klinis Dewasa

Setiap saya saya mengampu mata kuliah Human Sexuality (Seksualitas Manusia) di salah satu universitas swasta di Jakarta, salah selalu bertanya kepada mahasiswa yang saya ajar: “Siapa yang sewaktu bersekolah mendapatkan pendidikan seksualitas (sex education)?” Dari sekitar 30 mahasiswa yang terdaftar, setiap semesternya saya hanya melihat 3-5 tangan terangkat.

Jumlah ini tidak mengejutkan untuk saya. Sesuai ekspektasi. Kemudian saya tanyakan kembali kepada 3-5 orang yang mengangkat tangan tersebut, “Dalam pendidikan seksualitas (sex education) yang kalian dapatkan di sekolah, apa saja yang diajarkan?”

Setiap semester jawabannya bisa bervariasi, namun kurang lebih seperti ini: “Jangan berhubungan seksual sebelum menikah karena bisa terkena penyakit seksual dan hamil. Kami diperlihatkan gambar-gambar penyakit seksual yang menyeramkan.” Lalu saya bertanya lagi kepada mereka, “Menurut kalian, apakah dengan diberitahukan seperti itu akan membuat mereka tidak melakukan hubungan seksual?”

Mahasiswa saya, yang kisaran usianya adalah 19-21 tersebut, terkekeh kemudian menjawab, “Enggak, Mbak. Tetep penasaran lah.”

Abstinence-Only vs. Comprehensive sex education

Saya pun mencari tahu jawaban dari pertanyaan saya sendiri tersebut. Seperti yang diduga oleh mahasiswa saya, Santelli dkk. (2017) dalam penelitiannya menemukan bahwa abstinence-only education atau pendidikan seksualitas (sex education) yang secara eksklusif hanya mengajarkan kepada remaja untuk tidak melakukan hubungan seksual sampai menikah tidak berhasil dalam menurunkan angka kehamilan dan penularan penyakit menular seksual pada remaja. Dengan kata lain, mereka tetap merasa penasaran terhadap seks konsekuensinya adalah cenderung melakukan hubungan seksual tersebut secara tidak aman dibandingkan dengan remaja yang mendapatkan pendidikan seksualitas secara komprehensif (melibatkan pengetahuan tentang kontrasepsi dan akses untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan seksual).

Remaja yang mendapatkan pendidikan seksualitas (sex education) secara komprehensif akan mampu membuat keputusan yang bertanggungjawab tentang seksualitasnya sendiri dan jika mereka memutuskan untuk melakukan hubungan seksual, mereka cenderung menggunakan pengaman dan memeriksakan kesehatan seksual mereka secara rutin ke dokter.

Komponen pendidikan seksualitas (sex education) yang komprehensif

Adapun hal-hal penting yang perlu menjadi komponen pendidikan seksualitas yang komprehensif antara lain adalah:

  • Pendidikan seksualitas perlu diberikan sesuai dengan usia anak/remaja
  • Informasi akurat terkait abstinence (pilihan untuk tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah) dan juga kontrasepsi
  • Pencegahan penularan infeksi menular seksual dan kehamilan yang tidak direncanakan
  • Keterampilan komunikasi, penolakan, dan negosiasi seksual

Saya memahami bahwa mungkin muncul kekhawatiran di kepala orang tua maupun sekolah, yaitu kalau anak/remaja diberikan pendidikan seksualitas maka mereka justru akan “terjerumus” untuk mencoba. Inilah bagian dalam persepsi yang menurut saya perlu diluruskan.

Memberikan pendidikan seksualitas kepada anak/remaja bukanlah sekedar memberikan informasi tentang apa seks dan apa itu kontrasepsi, tetapi menumbuhkan perasaan dan kemampuan bertanggungjawab dalam diri anak/remaja untuk membuat keputusan seksualnya berdasarkan informasi yang kredibel dan nilai-nilai yang ia anut. Untuk dapat menumbuhkan hal tersebut, pemberi informasi (misalnya orangtua) perlu:

  1. Memiliki sikap yang tidak berjarak terhadap seksualitas
  2. Mau belajar berkomunikasi dua arah dengan anak/remaja. Bukan hanya memberikan informasi yang sifatnya menyuruh, tetapi juga mau mendengarkan pendapat anak dan menstimulasi keingintahuan dan pertanyaan-pertanyaan dari anak/remaja yang dapat berujung kepada diskusi dua arah.
  3. Mau memposisikan diri sebagai teman anak/remaja dalam membuat keputusan seksual yang bertanggungjawab

Pada akhirnya, kita mau dilihat menjadi sosok yang kredibel tetapi juga approachable (bisa didekati) dalam memberikan pendidikan seksualitas (sex education). Perspektif yang menakut-nakuti, seperti yang disebutkan oleh mahasiswa saya di awal tulisan ini, justru akan semakin membuat anak/remaja menjadi takut mencari informasi kepada kita, dan justru berusaha mendapatkan informasi tersebut dari sumber-sumber yang kurang terpercaya (misalnya pornografi). Jadilah teman dan sahabat remaja dalam mengeksplorasi pengetahuan dan nilai-nilainya tentang seksualitas, sehingga generasi muda Indonesia bisa menjadi generasi yang cerdas dan juga bertanggungjawab.

References:

Santelli, J. S., Kantor, L. M., Grilo, S. A., Speizer, I. S., Lindberg, L. D., Heitel, J., . . ., Ott, M. A. (2017). Abstinence-only-until-marriage: An updated review of U.S. policies and programs and their impact. Journal of Adolescent Health, 61(3), 273-280.

Teganya Warganet Hujat Karyawati yang Ungkap Eksploitasi Seksual Bos dengan Modus Ajak "Staycation"

 


MEDIAONLINE99 | JAKARTA - Seorang karyawati berinisial AD mengaku pernah diajak jalan berdua oleh bosnya demi perpanjangan kontrak kerja sebuah perusahaan di Cikarang. AD mengaku ajakan bosnya itu bahkan membuat batinnya tertekan. Atasannya selalu memaksa dan mengancam untuk memutus kontrak kerja AD di perusahaan. Atas perbuatan bosnya itu, AD melaporkan pelaku kepada Kepolisian Resor (Polres) Metro Bekasi. AD sempat dicecar 35 pertanyaan perihal kejadian saat diperiksa polisi.

Bukannya dapat dukungan, AD justru dihujani komentar tak pantas dari warganet di media sosial. Tentu saja ini menjadi pukulan ganda bagi AD yang sebetulnya menjadi korban. "Kondisi ini malah semakin menyudutkan perempuan korban karena mendapatkan stigma dan mengalami kekerasan berlapis," Komisioner Komisi Nasional (Komnas) Perempuan Satyawanti Mashudi kepada Kompas.com, Selasa (16/5/2023).

Modus eksploitasi seksual 

Satyawanti menilai, perilaku bos perusahaan yang mengajak "staycation" pekerja perempuannya itu sebagai modus eksploitasi seksual. "Atasan menggunakan relasi timpang dan kerentanan dari perempuan pekerja untuk memperoleh keuntungannya, dalam hal ini adalah layanan seksual," ucap Satyawanti.

Penyalahgunaan relasi kuasa tersebut, kata Satyawanti, yang dimaksud dengan eksploitasi seksual. Modus ini, kata dia, masih sering ditemukan di ranah publik, baik itu di dunia kerja atau pun lembaga pendidikan. Menurut Satyawanti, eksploitasi seksual adalah salah satu tindakan yang dapat diproses hukum menurut Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS).

Dihujani komentar negatif 

Korban berinisial AD (23) dihujani beragam perkataan tak pantas di media sosial seolah karyawati itu pantas menerima konsekuensi atas paras cantik dan cara berbusananya.

alam video yang diposting oleh salah satu akun TikTok @ik***ngestu***, beragam komentar negatif justru ditulis warganet terhadap AD, salah satunya soal penampilannya. "Dari penampilan udah kelihatan sih," tulis akun @ju****eligu**ng. Sayangnya, kata Satyawanti, sikap menyalahkan korban atau victim blaming masih dijumpai di masyarakat. Sikap itu juga kerap dianggap sebagai reaksi yang secara umum terjadi.

 "Kondisi ini malah semakin menyudutkan perempuan korban karena mendapatkan stigma dan mengalami kekerasan berlapis," ucap Satyawanti. Dampak victim blaming ini dapat membuat korban merasa seolah-olah mereka diserang terus-terusan yang bisa berkembang menjadi gangguan mental, seperti gangguan kecemasan dan depresi.

Perilaku atasannya itu pun tak hanya sekali dua kali. Pelaku yang mempunyai posisi manager itu kerap mengancam memutus kontrak AD karena tak pernah terima ajakannya. Terduga pelaku, yakni H, sudah mendapatkan sanksi dari kantor tempat ia bekerja. 

Pelaku kini sudah dinonaktifkan dari PT Ikeda, sebuah perusahaan alih daya atau outsourcing. H diketahui juga sebagai seorang dosen jurusan Teknik Industri di Universitas Pelita Bangsa, Desa Cibatu, Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi.


Berita dilansir Kompas.com dengan judul "Teganya Warganet Hujat Karyawati yang Ungkap Eksploitasi Seksual Bos dengan Modus Ajak "Staycation"",

Indonesia Lampaui Catatan Terbaik Lima Edisi Terakhir SEA Games




MEDIAONLINE99 | Jakarta - Dengan 87 emas, Tim Indonesia di SEA Games 2023 melampaui catatan terbaiknya sepanjang lima edisi terakhir ajang itu. Bahkan beberapa cabang olahraga sukses menjadi juara umum.
Indonesia mengikuti 31 cabang olahraga dengan jumlah 599 atlet (menyesuaikan dengan pengukuhan Menpora dan pelepasan oleh Presiden) dari 36 cabang olahraga yang dipertandingkan tuan rumah Kamboja, mulai 5-17 Mei.

Dari jumlah itu pula, Merah-Putih sukses mengantongi 87 medali emas, 80 medali perak, dan 109 medali perunggu. Sepakbola menjadi cabang terakhir yang menyumbang medali emas bagi Tim Indonesia melalui persembahan Rizky Ridho dan kawan-kawan.

Tak ayal, capaian yang dipimpin Chef de Mission (CdM) CdM Lexyndo Hakim itu secara otomatis juga melampaui target perolehan medali yang diharapkan Presiden Joko Widodo pada saat pelepasan di Istana Negara, Selasa (2/5), yakni di atas 69 medali emas.

Tak hanya memenuhi target presiden, capaian ini juga merupakan yang terbaik dalam lima SEA Games terakhir. atau sejak 2013 Myanmar. Saat itu, Indonesia hanya mengoleksi 65 medali emas. Pada 2015 dan 2017, Indonesia merebut 47 dan 38 medali emas. Sedangkan pada 2019 dan 2021, RI berhasil merebut 72 dan 69 medali emas.

Tak hanya soal perolehan Tim Indonesia yang mencatatkan hasil positif, sejumlah cabor bahkan berhasil menjadi juara umum. Yakni wushu, pencak silat, balap sepeda, tenis, esports, bulutangkis, voli, dan angkat besi.

Ada juga beberapa cabor yang berhasil mencetak sejarah, antara lain hoki dan cricket, di mana timnas hoki indoor putra, dan timnas cricket putri kategori 6s untuk pertama kalinya meraih emas di SEA Games.

Begitu pula dengan dua cabor beregu populer lainnya yaitu basket dan sepakbola juga sukses menciptakan sejarah. Timnas Basket 5x5 Putri untuk pertama kalinya meraih emas.

Kemudian, ada sejumlah rekor yang dipecahkan oleh Tim Indonesia dari beberapa cabor. Ada 3 lifter Tim Indonesia yang mampu memecahkan rekor SEA Games dari cabor angkat besi. Mereka adalah Eko Yuli Wirawan (kelas 61kg), Rizki Juniansyah (73kg), Rahmat Erwin Abdullah (kelas 81kg).

Chef de Mission (CdM) Lexyndo bersyukur dan secara khusus mengucapkan terima kasih kepada para atlet beserta ofisial yang telah berjuang di medan pertandingan.

"Alhamdulillah, Tim Indonesia berhasil mengakhiri SEA Games 2023 dengan raihan 87 emas, 80 perak, dan 109 perunggu. Terima kasih kepada semua atlet, pelatih, dan ofisial yang telah berjuang untuk mengibarkan Merah-Putih serta mengumandangkan Indonesia Raya," ujar Lexy dalam keterangan tertulisnya, Rabu (17/5/2023).

"Terima kasih juga kepada Kemenpora, Komite Olimpiade Indonesia (KOI), dan semua pengurus cabor atas perhatiannya dalam membina atlet-atlet hingga mereka meraih prestasi yang ditargetkan," imbuhnya.

Di sisi lain, CdM Lexy juga memuji kinerja Kamboja dalam menyelenggarakan SEA Games untuk pertama kalinya dalam sejarah. Meskipun ada kekurangan, kata Lexy, Panitia Lokal SEA Games 2023 (CAMSOC) selalu mendengarkan masukan yang diberikan.

"SEA Games ini ajang solidaritas antar negara ASEAN, jadi kita sebagai anggota ASEAN harus saling membantu. Kekurangan Kamboja hanya terjadi segi sumber daya manusia yang kurang terlatih, dan IT support yang masih sedikit tertinggal. Tapi, semuanya itu bisa ter-cover karena mereka selalu menerima masukan yang kita dan negara peserta lainnya berikan," tuturnya.

Pelatih Timnas Indonesia U-22 Indra Sjafri, yang keberhasilan timnya menutup perolehan emas Indonesia di SEA Games 2023, turut mengapresiasi Tim CdM dan KOI.

"Ini adalah kerja baik dari CdM yang sudah menyiapkan tiga lapangan yang sangat fantastik untuk latihan dan persiapan-persiapan kita selama di Kamboja," kata Indra.

Berita dilansir melalui  detiksport, "Indonesia Lampaui Catatan Terbaik Lima Edisi Terakhir SEA Games" selengkapnya https://sport.detik.com/sport-lain/d-6724833/indonesia-lampaui-catatan-terbaik-lima-edisi-terakhir-sea-games.